Agung Inspirasi

Visi-Visi Pencerahan

Mengapa 3 Stasiun TV Kompak Tolak Iklan Pemilu Mega-Pro? June 25, 2009

Filed under: Opini — ainspirasi @ 4:24 am
Tags: , ,

Pepih Nugraha

Saya menyaksikan iklan pemilu dari capres/cawapres Megawati Soekarnoputri – Prabowo Subianto (MEGA-PRO) di Youtube yang disebut-sebut ditolak penayangannya secara kompak oleh sembilan stasiun televisi dan saya merasa tidak ada sesuatu yang “berbahaya” dan “ancaman” dari penayangan iklan pemilu itu. Saya tidak tahu siapa yang merasa terancam, apakah stasiun televisi, pemerintah, KPU, Bawaslu, atau para pemilik stasiun televisi itu atas nama “kepentingan”? Lantas hak pemirsa untuk melihat tayangan iklan pemilu itu dikemanakan? Bukankah lebih baik ditayangkan dulu lalu kemudian dilarang jika terbukti berbahaya dan mengancam?

Iklan pemilu yang saya lihat di Youtube berjudul Harga itu menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat kecil. Namun di sana terselip sekuel angka-angka yang saling berganti. Konon, ada empat seri iklan pemilu MEGA-PRO yang ditolak oleh sembilan stasiun televisi itu, yakni iklan pemilu berjudul: Bangkrut, Mencintai, Pekerjaan, dan Harga. Sementara tiga materi iklan pemilu lainnya berjudul Persatuan, Maju dan Tim, bisa diterima semua stasiun televisi.

Berdasarkan informasi yang saya peroleh, iklan pemilu Bangkrut hanya diterima Indosiar, sementara stasiun lain menolaknya. Iklan Mencintai ditolak antara lain oleh RCTI, Global, Trans, dan Trans7. Iklan Harga dan Pekerjaan ditolak antara lain oleh SCTV, Trans dan Trans7.

Iklan Harga menggambarkan uang yang tersimpan di dompet, uang itu cepat berubah dari nilai Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, sampai tinggal Rp 1.000 dan lalu menghilang di dompet. Untuk harga-harga nilai uang digambarkan cepat meroket naik. Cabai dari Rp 7.500 naik menjadi Rp 11.000, mintak goreng naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 10.000. Orang menuang bensin ke tangki motor, belum lagi tangki penuh bensin sudah habis kering kerontang. Transportasi rakyat digambarkan menghilang, bahkan sajian makanan di meja makan keluarga pun cepat menghilang.

Ada penggambaran Istana Merdeka, lalu diganti dengan gambaran seorang ibu yang harus membayar tabung gas 3 kiloan berwarna hijau, padahal seharusnya tabung gas itu gratis. Digambarkan pula rakyat yang menderita (mungkin akibat bencana) nasional yang kerap menerpa, digambarkan orang susah dimana-mana, sampai kemudian datanglah sosok MEGA-PRO menyapa rakyat petani, anak-anak sekolah, dan pedagang di pasar. Iklan pemilu ditutup dengan tulisan “MEGA-PRO” nomor urut “1″ dengan tanda “contrengan” (v).

Lantas yang menjadi pertanyaan saya: mengapa sembilan stasiun televisi begitu kompak tidak bersedia menayangkan iklan pemilu MEGA-PRO yang konon berdasar data dan angka-angka dari BPS yang berarti real dan bukan angka jadi-jadian itu? Bukannya selama ini stasiun televisi manapun sangat lapar akan kue iklan yang lezat yang berasal dari pundi-pundi capres/cawapres? Kalau stasiun-stasiun televisi begitu kompak menolak, siapa kiranya yang meminta kesembilan stasiun televisi itu untuk kompak menolak iklan pemilu MEGA-PRO? Pemerintahkah? Bawaslukah? KPU-kah? atau Siapa? Atau itu tadi, swasensor pemiliknya sendiri karena rasa takut atau atas nama “kepentingan” lain?

Harus ada penjelasan kepada publik mengenai hal ini! Kita tahu, unsur pemerintah dalam hal ini (kalau benar pihak yang meminta sembilan stasiun televisi untuk kompak menolak) adalah incumbent. Incumbent tidak lain Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK). Nah, apakah SBY dan JK sebagai incumbent merasa keberatan dengan iklan yang mungkin dianggap “mendiskreditkan” kinerja pemerintah mereka saat sebagai presiden/wapres?

Sebagai hasil kreativitas, apapun bentuk dan medianya, saya pribadi sangat menyayangkan adanya pelarangan iklan pemilu itu kalau benar itu terjadi. Mengapa, sebab hasil keativitas itu harus dibunuh justru sebelum dilahirkan. Bukankah lebih baik dinilai dulu baru kemudian diambil tindakan? Bolehlah Bawaslu bekerja setelah penayangan ini. Jika sebelum ditayangkan sudah harus dilarang, bukankah berarti sensor namanya dan setiap sensor bisa diartikan sebagai diktator atau sewenang-wenang!?

Jika sampai persoalan ini mencuat ke permukaan dan publik tahu siapa pihak yang melarang-larang iklan pemilu MEGA-PRO, besar kemungkinan orang itu (kalau dia capres/cawapres), akan mengundang antipati publik karena menggambarkan paranoid dan ketakutan berlebihan yang tidak beralasan. Meminjam istilah catur, tepat rasanya jika dibilang sebagai “blunder” besar. Sebaliknya, MEGA-PRO akan menangguk simpatik publik karena dianggap pihak yang dirugikan akibat kreativitas dan idenya diberangus oleh sembilan stasiun televisi.

Saya menduga-duga, jangan-jangan pihak-pihak yang melarang iklan pemilu MEGA-PRO itu masih trauma atas nyelonongnya Si Butet Yogya (disingkat SBY juga, kan?) saat Deklarasi Pemilu Damai tempo hari. Kita tahu SBY yang satu ini menelanjangi pemerintah dan KPU secara terang-terangan dan terduga di depan SBY yang incumbent. Apakah KPU, Bawaslu dan juga pemerintah takut aksi Si Butet Yogya ini terulang kembali melalui iklan pemilu MEGA-PRO?

Ah, rasanya nggak perlu separno itu deh!
Sumber: kompasiana.com

Iklan tentang harga naik yang ditolak penayangannya oleh beberapa stasiun TV swasta bisa klik di Youtube:

Mengapa 3 Stasiun TV Kompak Tolak Iklan Pemilu Mega-Pro?

 

Ndagel: SBY Main Yoyo, Mega Main Gasing, Rakyat Sengsara January 29, 2009

Filed under: Wawasan — ainspirasi @ 9:18 am
Tags: , , ,

Jakarta – Ejekan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri terhadap Presiden SBY terus menuai balasan dari pendukung SBY. Jika Mega mengibaratkan pemerintahan SBY-JK seperti bermain yoyo, pendukung SBY mengibaratkan pemerintahan Mega saat itu seperti bermain gasing. Apa bedanya?

“Permainan yoyo itu masih jauh lebih baik dari pemerintahan Megawati saat itu. Pemerintahan Mega saya umpamakan seperti permainan gasing,” kata Wakil Ketua FPD Sutan Bhatoegana pada detikcom, Kamis (29/1/2009).

Menurut anggota komisi VII DPR ini, perumpamaan Mega dalam menilai pemerintahan SBY-JK sudah sangat bagus. Yaitu bermain yoyo yang bisa bermakna terjadi kenaikan hal-hal yang menguntungkan rakyat dan menurunkan hal-hal yang membebani rakyat.

“Yoyo itu  naik turun. Artinya, pendapatan perkapita naik dari USD 600 per orang menjadi USD 1600 per orang. Devisa negara kita naik, anggaran pendidikan kita naik jadi 20 persen, dan sebagainya,” terang Sutan.

“Sebaliknya, harga BBM turun sampai 3 kali, tingkat korupi turun sesuai dengan rekord International Transparancy, Ancaman sparatisme juga turun dan sebagainya,” jelas sultan.

Sutan justru membalikkan ejekan Mega dengan ejekan yang lebih pedas, Mega bermain gasing. Menurutnya permainan gasing bukannya menjadikan lokasi permainan lebih baik dan indah, tetapi justru merusak dan membahayakan pemainnya.

“Sebaliknya, gasing artinya berputar di tempat dan tidak pernah maju. Bahkan cenderung melubangi tempat gasing itu sendiri hingga rusak,”jelasnya.

“Perumpamaan gasing punya makna, pada saat pemerintahan Mega, tidak ada kemajuan sama sekali yang dicapai, bahkan tambah mundur. Terbukti 2 pulau kita hilang, Sipadan dan Ligitan,” papar Sutan.

“Beberapa BUMN strategis dijual ke asing, seperti Indosat. VLCC yang sangat vital untuk Pertamina dilego, gas alam kita di Tangguh, Papua diobral murah,” serang Sutan.

Selain itu, di bidang ekonomi, lanjut Sutan BLBI triliunan yang masih belum lunas diberi surat keterangan lunas (SKL), korupsi masih merajalela dan disintegrasi bangsa tetap mengancam terutama di Aceh dan Papua yang tak pernah dapat dituntaskan.

Lalu Sutan bertanya pada Mega,”jadi mana yang lebih baik, permainann yoyo atau gasing? Biarlah rakyat yang nanti yang akan menentukan,”pungkas politisi ceplas-ceplos ini.