Agung Inspirasi

Visi-Visi Pencerahan

SALAFI MENENTANG PKS November 19, 2008

Filed under: Wawasan — ainspirasi @ 3:08 am
Tags: , , , , , ,

GERAKAN SALAFI MODERN DI INDONESIA

Oleh: Muh. Ikhsan 7105090722

UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI KAJIAN TIMUR TENGAH DAN ISLAM
KEKHUSUSAN KAJIAN ISLAM
JAKARTA 2006

Pengantar

Indonesia nampaknya memang akan selalu menjadi lahan subur lahir dan tumbuhnya berbagai gerakan Islam dengan berbagai ragamnya; baik yang “hanya sekedar” perpanjangan tangan dari gerakan yang sebelumnya telah ada, ataupun yang dapat dikategorikan sebagai gerakan yang benar-benar baru. Dan sejarah pergerakan Islam Indonesia benar-benar telah menjadi saksi mata terhadap kenyataan itu selama
beberapa kurun waktu lamanya.

Dan kini, di era modern ini, mata sejarah semakin “dimanjakan” oleh kenyataan itu dengan tumbuhnya aneka gerakan Islam modern yang masing-masing menyimpan keunikannya tersendiri. Jagat pergerakan Islam Indonesia modern tidak hanya diramaikan oleh organisasi semacam Muhammadiyah dan NU, tapi disana ada pemain-pemain baru yang juga secara perlahan namun pasti- mulai menanamkan pengaruhnya. Mulai dari yang mengandalkan perjuangan politis hingga yang lebih memilih jalur gerakan sosial-kemasyarakatan.

Salah satu gerakan Islam tersebut adalah yang menyebut diri mereka sebagai Salafi atau Salafiyah. Salah satu peristiwa fenomenal gerakan ini yang sempat “menghebohkan” adalah kelahiran Laskar Jihad yang dimotori oleh Ja’far Umar Thalib pada 6 April 2000 pasca meletusnya konflik bernuansa SARA di Ambon dan Poso.[1]

Tulisan singkat ini akan mencoba mengulas sejarah dan ide-ide penting gerakan ini, sekaligus memberikan beberapa catatan kritis yang diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya bagi gerakan ini namun juga bagi semua gerakan Islam di Tanah Air.

Apa Itu Salafi?
Kata Salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada al-Salaf. Kata al-Salaf sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup sebelum zaman kita.[2] Adapun makna al-Salaf secara terminologis yang dimaksud di sini adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah saw dalam haditsnya:

“Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits ini, maka yang dimaksud dengan al-Salaf adalah para sahabat Nabi saw, kemudian tabi’in, lalu atba ‘al-tabi’in. Karena itu, ketiga kurun ini kemudian dikenal juga dengan sebutan al-Qurun al-Mufadhdhalah (kurun-kurun yang mendapatkan keutamaan).[3] Sebagian ulama kemudian menambahkan label al-Shalih (menjadi al- Salaf al-Shalih) untuk memberikan karakter pembeda dengan pendahulu kita yang lain.[4] Sehingga seorang salafi berarti seorang yang mengaku mengikuti jalan para sahabat Nabi saw, tabi’in dan atba’ al-tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.[5]

Sampai di sini nampak jelas bahwa sebenarnya tidak masalah yang berarti dengan paham Salafiyah ini, karena pada dasarnya setiap muslim akan mengakui legalitas kedudukan para sahabat Nabi saw dan dua generasi terbaik umat Islam sesudahnya itu; tabi’in dan atba’ al-tabi’in. Atau dengan kata lain seorang muslim manapun sebenarnya sedikit-banyak memiliki kadar kesalafian dalam dirinya meskipun ia tidak
pernah menggembar-gemborkan pengakuan bahwa ia seorang salafi. Sebagaimana juga pengakuan kesalafian seseorang juga tidak pernah dapat menjadi jaminan bahwa ia benar-benar mengikuti jejak para al-Salaf al-Shalih, dan “menurut penulis- ini sama persis dengan pengakuan kemusliman siapapun yang terkadang lebih sering berhenti pada taraf pengakuan belaka.”

Ala kulli hal, penggunaan istilah Salafi ini secara khusus mengarah pada kelompok gerakan Islam tertentu setelah maraknya apa yang disebut “Kebangkitan Islam di Abad 15 Hijriyah”. Terutama yang berkembang di Tanah Air, mereka memiliki beberapa ide dan karakter yang khas yang kemudian membedakannya dengan gerakan pembaruan Islam lainnya.

Sejarah Kemunculan Salafi di Indonesia

Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan Salafi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Menurut Abu Abdirrahman al-Thalibi[6], ide pembaruan Ibn ‘Abd al-Wahhab diduga pertama kali dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Inilah gerakan Salafiyah
pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini sendiri berlangsung dalam kurun waktu 1803 hingga sekitar 1832. Tapi, Ja’far Umar Thalib mengklaim “dalam salah satu tulisannya[7]- bahwa gerakan ini sebenarnya telah mulai muncul bibitnya pada masa Sultan Aceh Iskandar Muda (1603-1637).

Disamping itu, ide pembaruan ini secara relatif juga kemudian memberikan pengaruh pada gerakan-gerakan Islam modern yang lahir kemudian, seperti Muhammadiyah, PERSIS, dan Al-Irsyad. “Kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah” serta pemberantasan takhayul, bid’ah dan khurafat kemudian menjadi semacam isu mendasar yang diusung oleh gerakan-gerakan ini. Meskipun satu hal yang patut dicatat bahwa nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya mengambil apalagi menjalankan ide-ide yang dibawa oleh gerakan purifikasi Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab. Apalagi dengan munculnya ide pembaruan lain yang datang belakangan, seperti ide liberalisasi Islam yang nyaris dapat dikatakan telah menempati posisinya di setiap gerakan tersebut.

Di tahun 80-an, -seiring dengan maraknya gerakan kembali kepada Islam di berbagai kampus di Tanah air- mungkin dapat dikatakan sebagai tonggak awal kemunculan gerakan Salafiyah modern di Indonesia. Adalah Ja’far Umar Thalib salah satu tokoh utama yang berperan dalam hal ini. Dalam salah satu tulisannya yang berjudul “Saya Merindukan Ukhuwah Imaniyah Islamiyah”, ia menceritakan kisahnya mengenal paham
ini dengan mengatakan:[8]

“Ketika saya belajar agama di Pakistan antara tahun 1986 s/d 1987, saya melihat betapa kaum muslimin di dunia ini tercerai berai dalam berbagai kelompok aliran pemahaman. Saya sedih dan sedih melihat
kenyataan pahit ini. Ketika saya masuk ke medan jihad fi sabilillah di Afghanistan antara tahun tahun 1987 s/d 1989, saya melihat semangat perpecahan di kalangan kaum muslimin dengan mengunggulkan pimpinan masing-masing serta menjatuhkan tokoh-tokoh lain…”

Di tahun-tahun jihad fi sabilillah itu saya mulai berkenalan dengan para pemuda dariYaman dan Surian yang kemudian mereka memperkenalkan kepada saya pemahaman Salafus Shalih Ahlus Sunnah wal Jamaah. Saya mulai kenal dari mereka seorang tokoh dakwah Salafiyah bernama Al-‘Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i…

Kepiluan di Afghanistan saya dapati tanda-tandanya semakin menggejala di Indonesia. Saya kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1989, dan padajanuari 1990 saya mulai berdakwah. Perjuangan dakwah yang saya serukan adalah dakwah Salafiyah…”

Ja’far Thalib sendiri kemudian mengakui bahwa ada banyak yang berubah dari pemikirannya, termasuk diantaranya sikap dan kekagumannya pada Sayyid Quthub, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang dahulu banyak ia lahap buku-bukunya. Perkenalannya dengan ide gerakan ini membalik kekaguman itu 180 derajat menjadi sikap kritis yang luar biasa –untuk tidak mengatakan sangat benci-.[9]

Di samping Ja’far Thalib, terdapat beberapa tokoh lain yang dapat dikatakan sebagai penggerak awal Gerakan Salafi Modern di Indonesia, seperti: Yazid Abdul Qadir Jawwaz (Bogor), Abdul Hakim Abdat (Jakarta), Muhammad Umar As-Sewed (Solo), Ahmad Fais Asifuddin (Solo), dan Abu Nida’ (Yogyakarta). Nama-nama ini bahkan kemudian tergabung dalam dewan redaksi Majalah As-Sunnah –majalah Gerakan Salafi Modern
pertama di Indonesia-, sebelum kemudian mereka berpecah beberapa tahun kemudian.

Adapun tokoh-tokoh luar Indonesia yang paling berpengaruh terhadap Gerakan Salafi Modern ini –di samping Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab tentu saja- antara lain adalah:

1. Ulama-ulama Saudi Arabia secara umum.

2. Syekh Muhammad Nashir al-Din al-Albany di Yordania (w. 2001)

3. Syekh Rabi al-Madkhaly di Madinah

4. Syekh Muqbil al-Wadi’iy di Yaman (w. 2002).

Tentu ada tokoh-tokoh lain selain ketiganya, namun ketiga tokoh ini dapat dikatakan sebagai sumber inspirasi utama gerakan ini. Dan jika dikerucutkan lebih jauh, maka tokoh kedua dan ketiga secara lebih khusus banyak berperan dalam pembentukan karakter gerakan ini di Indonesia. Ide-ide yang berkembang di kalangan Salafi modern tidak jauh berputar dari arahan, ajaran dan fatwa kedua tokoh tersebut; Syekh Rabi’ al-Madkhaly dan Syekh Muqbil al-Wadi’iy. Kedua tokoh inilah yang kemudian memberikan
pengaruh besar terhadap munculnya gerakan Salafi ekstrem, atau meminjam istilah Abu Abdirrahman al-Thalibi- gerakan Salafi Yamani.[10]

Perbedaan pandangan antara pelaku gerakan Salafi modern setidaknya mulai mengerucut sejak terjadinya Perang Teluk yang melibatkan Amerika dan Irak yang dianggap telah melakukan invasi ke Kuwait. Secara khusus lagi ketika Saudi Arabia “mengundang” pasukan Amerika Serikat untuk membuka pangkalan militernya di sana. Saat itu, para ulama dan du’at di Saudi -secara umum- kemudian berbeda pandangan:
antara yang pro[11] dengan kebijakan itu dan yang kontra.[12] Sampai sejauh ini sebenarnya tidak ada masalah, karena mereka umumnya masih menganggap itu sebagai masalah ijtihadiyah yang memungkinkan terjadinya perbedaan tersebut. Namun berdasarkan informasi yang penulis dapatkan nampaknya ada pihak yang ingin mengail di air keruh dengan “membesar-besarkan” masalah ini. Secara khusus, beberapa sumber[13] menyebutkan bahwa pihak Menteri Dalam Negeri Saudi Arabia saat itu–yang selama ini dikenal sebagai pejabat yang tidak terlalu suka dengan gerakan dakwah yang ada- mempunyai andil dalam hal ini. Upaya inti yang dilakukan kemudian adalah mendiskreditkan mereka yang kontra sebagai khawarij, quthbiy
(penganut paham Sayyid Quthb), sururi (penganut paham Muhammad Surur ibn Zain al-‘Abidin), dan yang semacamnya.

Momentum inilah yang kemudian mempertegas keberadaan dua pemahaman dalam gerakan Salafi modern –yang untuk mempermudah pembahasan oleh Abu ‘Abdirrahman al-Thalibi disebut sebagai-: Salafi Yamani dan Salafi Haraki.[14] Dan sebagaimana fenomena gerakan lainnya, kedua pemahaman inipun terimpor masuk ke
Indonesia dan memiliki pendukung.

Ide-ide Penting Gerakan Salafi

Pertanyaan paling mendasar yang muncul kemudian adalah apa yang menjadi ide penting atau karakter khas gerakan ini dibanding gerakan lainnya yang disebutkan sedikit-banyak terpengaruh dengan ide purifikasi Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di Jazirah Arabia?

Setidaknya ada beberapa ide penting dan khas gerakan Salafi Modern dengan gerakan-
gerakan tersebut, yaitu:

1. Hajr Mubtadi’ (Pengisoliran terhadap pelaku bid’ah)

Sebagai sebuah gerakan purifikasi Islam, isu bid’ah tentu menjadi hal yang mendapatkan perhatian gerakan ini secara khusus. Upaya-upaya yang mereka kerahkan salah satunya terpusat pada usaha keras untuk mengkritisi dan membersihkan ragam bid’ah yang selama ini diyakini dan diamalkan oleh berbagai lapisan masyarakat Islam. Dan sebagai sebuah upaya meminimalisir kebid’ahan, para ulama Ahl al-Sunnah
menyepakati sebuah mekanisme yang dikenal dengan hajr al-mubtadi’ atau pengisoliran
terhadap mubtadi’. [15] Dan tentu saja, semua gerakan salafi sepakat akan hal ini.

Akan tetapi, pada prakteknya di Indonesia, masing-masing faksi salafi Yamani dan haraki- sangat berbeda. Dalam hal ini, salafi Yamani terkesan membabi buta dalam menerapkan mekanisme ini. Fenomena yang nyata akan hal ini mereka terapkan dengan cara melemparkan tahdzir (warning) terhadap person yang bahkan mengaku mendakwahkan gerakan salafi. Puncaknya adalah ketika mereka menerbitkan “daftar nama-nama ustadz yang direkomendasikan dalam situs mereka http://www.salafy.or.id.[16] Dalam daftar ini dicantumkan 86 nama ustadz dari Aceh sampai Papua yang mereka anggap dapat dipercaya untuk dijadikan rujukan, dan “uniknya” nama-nama itu didominasi oleh murid-murid Syekh Muqbil al-Wadi’i di Yaman.

Sementara Salafi Haraki cenderung melihat mekanisme hajr al-mubtadi’ ini sebagai sesuatu yang tidak mutlak dilakukan, sebab semuanya tergantung pada maslahat dan mafsadatnya. Menurut mereka, hajr al-mubtadi’ dilakukan tidak lebih untuk memberikan efek jera kepada sang pelaku bid’ah. Namun jika itu tidak bermanfaat,
maka boleh jadi metode ta’lif al-qulub-lah yang berguna.[17]

2. Sikap terhadap politik (parlemen dan pemilu).

Hal lain yang menjadi ide utama gerakan ini adalah bahwa gerakan Salafi bukanlah gerakan politik dalam arti yang bersifat praktis. Bahkan mereka memandang keterlibatan dalam semua proses politik praktis seperti pemilihan umum sebagai sebuah bid’ah dan penyimpangan. Ide ini terutama dipegangi dan disebarkan dengan gencar oleh pendukung Salafi Yamani. Muhammad As-Sewed mislanya –yang saat itu masih menjabat sebagai ketua FKAWJ mengulas kerusakan-kerusakan pemilu sebagai berikut:

a. Pemilu adalah sebuah upaya menyekutukan Allah (syirik) karena menetapkan aturan
berdasarkan suara terbanyak (rakyat), padahal yang berhak untuk itu hanya Allah.

b. Apa yang disepakati suara terbanyak itulah yang dianggap sah, meskipun
bertentangan dengan agama atau aturan Allah dan Rasul-Nya.

c. Pemilu adalah tuduhan tidak langsung kepada islam bahwa ia tidak mampu
menciptakan masyarakat yang adil sehingga membutuhkan sistem lain.

d. Partai-partai Islam tidak punya pilihan selain mengikuti aturan yang ada, meskipun
aturan itu bertentangan dengan Islam.

e. Dalam pemilu terdapat prinsip jahannamiyah, yaitu menghalalkan segala cara demi
tercapainya tujuan-tujuan politis, dan sangat sedikit yang selamat dari itu.

f. Pemilu berpotensi besar menanamkan fanatisme jahiliah terhadap partai-partai yang
ada.[18]

Berbeda dengan Salafi Haraki yang cenderung menganggap masalah ini sebagai persoalan ijtihadiyah belaka. Dalam sebuah tulisan bertajuk al-Musyarakah fi al- Intikhabat al-Barlamaniyah yang dimuat oleh situs islamtoday.com (salah satu situs yang dianggap sering menjadi rujukan mereka dikelola oleh DR. Salman ibn Fahd al-‘Audah) misalnya, dipaparkan bahwa sistem peralihan dan penyematan kekuasaan dalam Islam tidak memiliki sistem yang baku. Karena itu, tidak menutup mungkin untuk mengadopsi sistem pemilu yang ada di Barat setelah “memodifikasi” nya agar sesuai dengan prinsip-prinsip politik Islam. Alasan utamanya adalah karena hal itu tidak lebih dari sebuah bagian adminstratif belaka yang memungkinkan kita untuk mengadopsinya dari manapun selama mendatangkan mashlahat.[19] Maka tidak mengherankan jika
salah satu ormas yang dianggap sebagai salah satu representasi faksi ini, Wahdah Islamiyah, mengeluarkan keputusan yang menginstruksikan anggotanya untuk ikut serta dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu-pemilu yang lalu.[20]

3. Sikap terhadap gerakan Islam yang lain.

Pandangan pendukung gerakan Salafi modern di Indonesia terhadap berbagai gerakan lain yang ada sepenuhnya merupakan imbas aksiomatis dari penerapan prinsip hajr al- mubtadi’ yang telah dijelaskan terdahulu. Baik Salafi Yamani maupun Haraki, sika keduanya terhadap gerakan Islam lain sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka dalam penerapan hajr al-mubtadi’. Sehingga tidak mengherankan dalam poin inipun
mereka berbeda pandangan.

Jika Salafi Haraki cenderung “moderat” dalam menyikapi gerakan lain, maka Salafi Yamani dikenal sangat ekstrim bahkan seringkali tanpa kompromi sama sekali. Fenomena sikap keras Salafi Yamani terhadap gerakan Islam lainnya dapat dilihat dalam beberapa contoh berikut:

a. Sikap terhadap Ikhwanul Muslimin

Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan Ikhwanul Muslimin nampaknya menjadi musuh utama di kalangan Salafi Yamani. Mereka bahkan seringkali memelesetkannya menjadi “Ikhwanul Muflisin”.[21] Tokoh-tokoh utama gerakan ini tidak pelak lagi menjadi sasaran utama kritik tajam yang bertubi-tubi dari kelompok ini. Di Saudi sendiri –yang menjadi asal gerakan ini-, fenomena ‘kebencian’ pada Ikhwanul Muslimin dapat
dikatakan mencuat seiring bermulanya kisah Perang Teluk bagian pertama. Adalah DR. Rabi’ ibn Hadi al-Madkhali yang pertama kali menyusun berbagai buku yang secara spesifik menyerang Sayyid Quthb dan karya-karyanya. Salah satunya dalam buku yang diberi judul “Matha’in Sayyid Quthb fi Ashab al-Rasul” (Tikaman-tikaman Sayyid Quthub terhadap Para Sahabat Rasul).[22]

Sepengetahuan penulis, fenomena ini bisa dibilang baru mengingat pada masa-masa sebelumnya beberapa tokoh Ikhwan seperti Syekh Muhammad al-Ghazali dan DR. Yusuf al-Qaradhawi pernah menjadi anggota dewan pendiri Islamic University di Madinah, dan banyak tokoh Ikhwan lainnya yang diangkat menjadi dosen di berbagai universitas Saudi Arabia. Dalam berbagai penulisan ilmiah –termasuk itu tesis dan disertasi- pun
karya-karya tokoh Ikhwan –termasuk Fi Zhilal al-Qur’an yang dikritik habis oleh DR. Rabi al-Madkhali- sering dijadikan rujukan. Bahkan Syekh Bin Baz –Mufti Saudi waktu itu- pernah mengirimkan surat kepada Presiden Mesir, Gamal Abdul Naser untuk mencabut keputusan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb.[23]

Terkait dengan ini misalnya, Ja’far Umar Thalib misalnya menulis:

Di tempat Syekh Muqbil pula saya mendengar berita-berita penyimpangan tokoh-tokoh
yang selama ini saya kenal sebagai da’i dan penulis yang menganu pemahaman salafus
shalih. Tokoh-tokoh yang telah menyimpang itu ialah Muhammad Surur bin Zainal
Abidin, Salman Al-Audah, Safar Al-Hawali, A’idl Al-Qarni, Nasir Al-Umar, Abdurrahman
Abdul Khaliq. Penyimpangan mereka terletak pada semangat mereka untuk mengelu-
elukan tokoh-tokoh yang telah mewariskan berbagai pemahaman sesat di kalangan
ummat Islam, seperti Sayyid Qutub, Hasan Al-Banna, Muhammad Abduh, Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha dan lain-lainnya. [24]

Dan jauh sebelum itu, Ja’far Umar Thalib juga melontarkan celaan yang sangat keras terhadap DR. Yusuf al-Qaradhawy –salah seorang tokoh penting Ikhwanul Muslimin masa kini- dengan menyebutnya sebagai ‘aduwullah (musuh Allah) dan Yusuf al- Qurazhi (penisbatan kepada salah satu kabilah Yahudi di Madinah, Bani Quraizhah). Meskipun kemudian ia dikritik oleh gurunya sendiri, Syekh Muqbil di Yaman, yang
kemudian mengganti celaan itu dengan mengatakan: Yusuf al-Qaradha (Yusuf Sang penggunting syariat Islam).[25] Di Indonesia sendiri, sikap ini berimbas kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dianggap sebagai representasi Ikhwanul Muslimin di Indonesia.

Secara umum, ada beberapa hal yang dianggap sebagai penyimpangan oleh kalangan Salafi Yamani dalam tubuh Ikhwanul Muslimin, diantaranya:

– Bai’at yang dianggap seperti bai’at sufiyah dan kemiliteran.[26]

– Adanya marhalah (fase-fase) dalam dakwah yang menyerupai prinsip aliran
Bathiniyah.[27]

– Organisasi kepartaian (tanzhim hizb).[28]

Berbeda dengan yang disebut Salafi Haraki, mereka cenderung kooperatif dalam melihat gerakan-gerakan Islam yang ada dalam bingkai “nata’awan fima ittafaqna ‘alaih, wa natanashahu fima ikhtalafna fihi.”[29] Karena itu, faksi ini cenderung lebih mudah memahami bahkan berinteraksi dengan kelompok lain, termasuk misalnya
Ikhwanul Muslimin. Meskipun untuk itu kelompok inipun harus rela diberi cap “Sururi” oleh kelompok Salafi Yamani. Yayasan Al-Sofwa, misalnya, masih mengakomodir kaset- kaset ceramah beberapa tokoh PKS seperti DR.Ahzami Sami’un Jazuli.[30]

b. Sikap terhadap Sururiyah

Secara umum, Sururi atau Sururiyah adalah label yang disematkan kalangan Salafi Yamani terhadap Salafi Haraki yang dianggap ‘mencampur-adukkan’ berbagai manhaj gerakan Islam dengan manhaj salaf. Kata Sururiyah sendiri adalah penisbatan kepada Muhammad Surur bin Zainal Abidin. Tokoh ini dianggap sebagai pelopor paham yang mengadopsi dan menggabungkan ajaran Salafi dengan Ikhwanul Muslimin. Disamping
Muhammad Surur, nama-nama lain yang sering dimasukkan dalam kelompok ini adalah DR. Safar ibn ‘Abdirrahman al-Hawali, DR. Salman ibn Fahd Al-‘Audah –keduanya di Saudi- dan Abdurrahman Abdul Khaliq dari Jam’iyyah Ihya’ al-Turats di Kuwait.

Dalam sebuah tulisan berjudul Membongkar Pikiran Hasan Al-Banna-Sururiyah (III)
diuraikan secara rinci pengertian Sururiyah itu:[31]

“Ada sekelompok orang yang mengikuti kaidah salaf dalam perkara Asma dan Sifat Allah, iman dan taqdir. Tapi, ada salah satu prinsip mereka yang sangat fatal yaitu mengkafirkan kaum muslimin. Mereka terpengaruh oleh prinsip Ikhwanul Muslimin. Pelopor aliran ini bernama Muhammad bin Surur.

Muhammad bin Surur yang lahir di Suriah dahulunya adalah Ikhwanul Muslimin. Kemudian ia menyempal dari jamaah sesat ini dan membangun gerakannya sendiri berdasarkan pemikiran-pemikiran Sayyid Quthub (misalnya masalah demonstrasi, kudeta dan yang sejenisnya)…”[32]

Tulisan yang sama juga menyimpulkan beberapa sisi persamaan antara Sururiyah dengan Ikhwanul Muslimin, yaitu:

– Keduanya sama-sama mengkafirkan golongan lain dan pemerintah muslim.

– Keduanya satu ide dalam masalah demonstrasi, mobilisasi dan selebaran-selebaran.

– Keduanya sama dalam masalah pembinaan revolusi dalam rangka kudeta.

– Keduanya sama dalam hal tanzhim dan sistem kepemimpinan yang mengerucut
(piramida).

– Keduanya sama-sama tenggelam dalam politik.[33]

Hanya saja banyak ‘tuduhan’ sebenarnya terlalu tergesa-gesa untuk tidak mengatakan membabi buta. Ada yang tidak mempunyai bukti akurat, atau termasuk persoalan yang sebenarnya termasuk kategori ijtihad dan tidak bisa disebut sebagai kesesatan (baca: bid’ah).

4. Sikap terhadap pemerintah

Secara umum, sebagaimana pemerintah yang umum diyakini Ahl al-Sunnah –yaitu ketidakbolehan khuruj atau melakukan gerakan separatisme dalam sebuah pemerintahan Islam yang sah-, Gerakan Salafi juga meyakini hal ini. Itulah sebabnya, setiap tindakan atau upaya yang dianggap ingin menggoyang pemerintahan yang sah dengan mudah diberi cap Khawarij, bughat atau yang semacamnya.[34]

Dalam tulisannya yang bertajuk “Membongkar Pemikiran Sang Begawan Teroris (I),
Abu Hamzah Yusuf misalnya menulis:

“Tokoh-tokoh yang disebutkan Imam Samudra di atas (maksudnya: Salman al-Audah,
Safar al-Hawali dan lain-lain –pen) tidaklah berjalan di atas manhaj Salaf. Bahkan
perjalanan hidup mereka dipenuhi catatan hitam yang menunjukkan mereka jauh dari
manhaj Salaf…

Tak ada hubungan antara tokoh-tokoh itu dengan para ulama Ahlus Sunnah. Bahkan
semua orang tahu bahwa antara mereka berbeda dalam hal manhaj (metodologi).
Tokoh-tokoh itu berideologikan Quthbiyyah, Sururiyah, dan Kharijiyah…”[35]

Dalam “Mereka Adalah Teroris” juga misalnya disebutkan:

“…Kemudian dilanjutkan tongkat estafet ini oleh para ruwaibidhah (sebutan lain untuk
Khawarij -pen) masa kini semacam Dr. Safar Al-Hawali, Salman Al-Audah dan sang
jagoan konyol Usamah bin Laden. Sementara Imam Samudra hanyalah salah satu
bagian kecil saja dari sindikat terorisme yang ada di Indonesia. Kami katakan ini karena
di atas Imam Samudra masih ada tokoh-tokoh khawarij Indonesia yang lebih senior
seperti: Abdullah Sungkar alias Ustadz Abdul Halim, Abu Bakar Ba’asyir alias Ustadz
Abdush Shamad.”[36]

Pernyataan ini disebabkan karena tokoh-tokoh yang dimaksud dikenal sebagai orang-
orang yang gigih melontarkan kritik ‘pedas’ terhadap pemerintah Kerajaan Saudi Arabia
terutama dalam kasus penempatan pangkalan militer AS di sana. Sementara dua nama
terakhir dikenal sebagai orang-orang yang gigih memformalisasikan syariat Islam di
Indonesia.

Sebagai konsekwensi dari prinsip ini, maka muncul kesan bahwa kaum Salafi cenderung
‘enggan’ melontarkan kritik terhadap pemerintah. Meskipun sesungguhnya manhaj al-
Salaf sendiri memberikan peluang untuk itu meskipun dibatasi secara “empat mata”
dengan sang penguasa.

Namun pada prakteknya kemudian, ternyata prinsip inipun sedikit banyak telah
dilanggar oleh mereka sendiri. Abu ‘Abdirrahman al-Thalibi misalnya –yang menulis
kritik tajam terhadap gerakan ini- menyebutkan salah satu penyimpangan Salafi
Yamani: “Sikap Melawan Pemerintah”. Ia menulis:

“Dalam beberapa kasus, jelas-jelas Salafy Yamani telah melawan pemerintah yang
diakui secara konsensus oleh Ummat Islam Indonesia, khususnya melalui tindakan-
tindakan Laskar Jihad di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Tanggal 6 April 2000, mereka mengadakan tabligh akbar di Senayan, tak lama
kemudian mereka berdemo di sekitar Istana Negara dimana Abdurrahman Wahid
sedang berada di dalamnya. Kenyataan yang sangat mengherankan, mereka bergerak
secara massal dengan membawa senjata-senjata tajam. Belum pernah Istana Negara
RI didemo oleh orang-orang bersenjata, kecuali dalam peristiwa di atas. Masih bisa
dimaklumi, meskipun melanggar hukum, jika yang melakukannya adalah anggota partai
komunis yang dikenal menghalalkan kekerasan, tetapi perbuatan itu justru dilakukan
oleh para pemuda yang mewarisi manhaj Salafus Shalih. Masya Allah, Salafus Shalih
mana yang mereka maksudkan?”[37]

Hal lain lagi adalah bahwa hingga kini mereka masih saja melancarkan kritik yang
pedas terhadap Partai Keadilan Sejahtera –yang dianggap sebagai bagian dari Ikhwanul
Muslimin di Indonesia-. Namun kenyataannya sekarang bahwa Partai ini telah menjadi
bagian dari pemerintahan Indonesia yang sah. Beberapa anggota mereka duduk
sebagai anggota parlemen, ada yang menjadi menteri dalam kabinet, bahkan mantan
ketuanya, Hidayat Nur Wahid saat ini menjabat sebagai Ketua MPR-RI. Bukankah
berdasarkan kaidah yang selama ini mereka gunakan, kritik pedas mereka terhadap
PKS dapat dikategorikan sebagai tindakan khuruj atas pemerintah?

“Ja’far Umar Thalib Telah Meninggalkan Kita…”

Kalimat mungkin dapat dijadikan sebagai
bukti fase baru perkembangan gerakan
Salafi di Indonesia. Setelah sebelumnya
dijelaskan bahwa dalam perjalanannya
gerakan ini terbagi menjadi setidaknya 2
faksi: Yamani dan haraki, maka setidaknya
sejak dewan eksekutif FKAWJ
membubarkan FKAWJ dan Laskar Jihad
pada pertengahan Oktober 2002, ada
hembusan angin perubahan yang sangat
signifikan di tubuh gerakan ini. Salafi
Yamani ternyata kemudian berpecah
menjadi 2 kelompok: yang pro Ja’far dan
yang kontra terhadapnya.

Ja’far Umar Thalib sejak saat itu dapat
dikatakan menjadi ‘bulan-bulanan’
kelompok eks Laskar Jihad yang kontra
dengannya. Apalagi setelah DR.Rabi’ al-
Madkhali –ulama yang dulu sering ia
jadikan rujukan fatwa- justru
mengeluarkan tahdzir terhadapnya.
Pesantrennya di Yogyakarta pun mulai
ditinggalkan oleh mereka yang dulu
menjadi murid-muridnya.
Ja’far Umar Thalib: Panglima Lasykar
Jihad

Uniknya, kelompok yang kontra terhadapnya justru ‘dipimpin’ oleh Muhammad Umar
As-Sewed, orang yang dulu menjadi tangan kanannya (wakil panglima) saat menjadi
panglima Laskar Jihad. Ja’far Thalib-pun mulai dekat dengan orang-orang yang dulu
dianggap tidak mungkin bersamanya. Arifin Ilham ‘Majlis Az-Zikra’ dan Hamzah Haz,
contohnya.

Karena itu, Qomar ZA –redaktur majalah Asy-Syariah yang dulu adalah murid Ja’far
Umar Thalib- menulis artikel pendek berjudul “Ja’far Umar Thalib Telah Meninggalkan
Kita…”.[38] Di sana antara lain ia menulis:

“Adapun sekarang betapa jauh keadaannya dari yang dulu (Ja’far Umar Thalib, red).
Jangankan majlis yang engkau tidak mau menghadirinya saat itu, bahkan sekarang
majlis dzikirnya Arifin Ilham kamu hadiri, mejlis Refleksi Satu Hati dengan para pendeta
dan biksu kamu hadiri (di UGM, red), majlis dalam peresmian pesantren Tawwabin yang
diprakarsai oleh Habib Riziq Syihab, Abu Bakar Baa’syir Majelis Mujahidin Indonesia dan
lain-lain. Kamu hadiri juga peringatan Isra’ Mi’raj sebagaimana dinukil dalam majalah
Sabili dan banyak lagi…

Apakah gurumu yang sampai saat ini kamu suka menebeng di belakangnya yaitu Syekh
Muqbil, semoga Allah merahmatinya, akan tetap memujimu dengan keadaanmu yang
semacam ini??…

Asy-Syaikh Rabi’ berkata: “…Dan saya katakan: Dialah yang meninggalkan kalian dan
meninggalkan manhaj ini (manhaj Ahlus Sunnah)…”

Ja’far sendiri belakangan nampak menyadari sikap kerasnya yang berlebihan di masa
awal dakwahnya. Dan nampaknya, apa yang ia lakukan belakangan ini –meski
menyebabkannya menjadi sasaran kritik bekas pendukungnya- adalah sebuah
upayanya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Dalam artikelnya, “Saya Merindukan
Ukhuwwah Imaniyah Islamiyah” , ia menulis pengakuan itu dengan mengatakan:

“…Saya lupa dengan keadaan yang sesungguhnya mayoritas ummat di Indonesia yang
tingkat pemahamannya amat rendah tentang Islam. Saya saat itu menganggap tingkat
pemahaman ummatku sama dengan tingkat pemahaman murid-muridku. Akibatnya
ketika saya menyikapi penyelewengan ummat dari As-Sunnah, saya anggap sama
dengan penyelewengan orang-orang yang ada di sekitarku yang selalu saya ajari ilmu.
Tentu anggapan ini adalah anggapan yang dhalim. Dengan anggapan inilah saya
akhirnya saya ajarkan sikap keras dan tegas terhadap ummat yang menyimpang dari
As-Sunnah walaupun mereka belum mendapat penyampaian ilmu Sunnah. Sayapun
sempat menganggap bahwa mayoritas kaum muslimin adalah Ahlul Bid’ah dan harus
disikapi sebagai Ahlul Bid’ah. Maka tampaklah Dakwah Salafiyyah yang saya
perjuangkan menjadi terkucil, kaku dan keras. Saya telah salah paham dengan apa
yang saya pelajari dari kitab-kitab para Ulama’ tersebut di atas tentang sikap Ahlul
Bid’ah. Saya sangka Ahlul Bid’ah itu ialah semua orang yang menjalankan bid’ah secara
mutlak.”[39]

Penutup

Demikianlah paparan singkat tentang gerakan Salafi modern di Indonesia. Sudah tentu
masih banyak sisi gerakan ini yang belum tertuang dalam tulisan ini. Dan di bagian
akhir tulisan ini, ada beberapa catatan kritis yang perlu penulis kemukakan atas
gerakan ini:

1. Diperlukan kajian yang komperhensif tentang sejarah masa lalu ummat Islam, dan
termasuk didalamnya sejarah generasi As-Salaf Ash-Shalih yang menjadi panutan
semua gerakan Islam –tentu saja dengan kadar yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain-. Dan khusus untuk pendukung gerakan Salafi ini, ada banyak sisi kehidupan
As-Salaf yang mungkin terlupakan; seperti: kesantunan dan kearifan dalam menyikapi
perbedaan yang masih mungkin untuk ditolerir, serta bersikap proporsional dan adil
dalam menyikapi kesalahan atau kekeliruan pihak lain.

2. Salah satu kesalahan utama pendukung gerakan ini –khususnya Salafi Yamani-
adalah ketidaktepatan dalam menyimpulkan apakah sesuatu itu dapat dikategorikan
sebagai manhaj baku kalangan As-Salaf atau bukan. Dalam kasus di lapangan,
seringkali karakter pribadi seorang ulama dianggap sebagai bagian dari manhaj Salafi.
Padahal kita semua memahami bahwa setiap orang memiliki tabiat dasar yang nyaris
berbeda. Jika Abu Bakr dikenal dengan kelembutannya, maka Umar dikenal dengan
ketegasannya. Berbeda lagi dengan Abu Dzar yang keteguhan prinsipnya membuat dia
lebih cocok hidup sendiri daripada terlalu banyak melakukan interaksi sosial.

Dalam kasus Salafi misalnya, sebagian pendukungnya banyak mengadopsi karakter
Syekh Rabi atau Syekh Muqbil misalnya, yang memang dikenal dengan karakter pribadi
yang keras. Padahal masih banyak ulama rujukan mereka yang cenderung lebih toleran
dan elegan.

Akhirnya, memang tidak ada gading yang tak retak. Setiap anak Adam itu berpotensi
melakukan kesalahan, namun sebaik-baik orang yang selalu terjatuh dalam kesalahan
adalah yang selalu bertaubat dan menyadari kesalahannya, kata Nabi saw. Setiap
gerakan sudah tentu memiliki sisi positif dan negatif. Yang terbaik pada akhirnya adalah
yang mampu meminimalisir sisi negatifnya dan semakin hari memiliki perubahan yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Wallahul muwaqqiq!

Cipinang Muara, pertengahan Mei 2006

DAFTAR PUSTAKA

1. Beberapa Kerusakan Pemilu. Muhammad Umar As-Sewed. Majalah SALAFY. Edisi
XXX. Tahun 1999H.

2. Daftar Ustadz yang Terpercaya. http://www.freelists.org/archives/Salafi/12-
2003/msg00017.html

3. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi. Abu
Abdirrahman Al-Thalibi. Hujjah Press. Jakarta. Cetakan kedua. Maret 2006.

4. Gerakan Salafi Radikal di Indonesia. Penyunting: Jamhari dan Jajang Jahroni. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta. Cetakan pertama. 2004.

5. Hajr al-Mubtadi’. Bakr ibn ‘Abdillah Abu Zaid. Dar Ibn al-Jauzi. Dammam. Cetakan
kedua. 1417H.

6. Indonesia Bacgrounder: Why Salafism and Terrorism Mostly Don’t Mix. International
Crisis Group. Asia Report no.83.13 September 2004.

7. Ja’far Umar Thalib: Sang Ustadz yang Penuh Warna. http://www.tempointeraktive.com.

8. Ja’far Umar Thalib Telah Meninggalkan Kita. Qomar ZA. Lc.
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=664.

9. Al-Khithab al-Dzahaby. Bakr ibn ‘Abdillah Abu Zaid. Maktabah al-Sunnah. Kairo.
Cetakan pertama. 1418H.

10. Lisan al-‘Arab. Abu al-Fadhl Muhammad ibn Manzhur. Dar Shadir. Beirut. Cetakan
pertama. 1410H.

11. Madarik al-Nazhar fi al-Siyasah baina al-Tathbiqat al-Syar’iyyah wa al-Infi’alat al-
Hamasiyah. ‘Abd al-Malik ibn Ahmad Ramadhany al-Jaza’iry. Dar Sabil al-Mu’minin.
Dammam. Cetakan kedua. 1418H.

12. Membongkar Pikiran Hasan al-Banna-Ikhwanul Muslimin (II).
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=336.

13. Membongkar Pikiran Hasan al-Banna-Sururiyah (III).
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=338.

14. Mereka Adalah Teroris. Luqman bin Muhammad Ba’abduh.

15. Al-Musyarakah fi al-Intikhabat al-Barlamaniyah. DR. ‘Abdullah ibn Ibrahim al-
Thuraiqy. http://www.islamtoday.net/print.cfm?artid=2869 dan
http://www.islamtoday.net/print.cfm?artid=2896.

16. Pasang Surut Menegakkan Syariah Islamiyah. Ja’far Umar Thalib. Majalah SALAFY.
Edisi 40. Tahun 1422/2001.

17. Penjelasan Dewan Syari’ah Wahdah Islamiyah tentang Pemilihan Umum.
http://www.wahdah.or.id.

18. Persaksian Tentang Yayasan Al-Sofwa. Muhammad Umar As-Sewed.
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=557.

19. Saya Merindukan Ukhuwah Imaniyah Islamiyah. Ja’far Umar Thalib. Majalah
SALAFY. Edisi 5. Tahun 1426/2005.

NOTA KAKI
[1] Lih. Majalah SALAFY, edisi 5 Tahun 2005, hal. 13.

[2] Lih. Lisan al-Arab, entri Sa-La-Fa.

[3] Lih. Madarik al-Nazhar, hal. 30, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, hal. 8

[4] Ibid.

[5] Dari kata ini kita kemudian sering mendengarkan kata bentukan lainnya seperti
Salafiyah (yang berarti ajaran atau paham kesalafan) atau Salafiyun/Salafiyin yang
merupakan bentuk plural dari Salafi.

[6] Lih. Dakwah Salafiyah, hal. 10 dan hal.30-31.

[7] Pasang Surut Menegakkan Syari’ah Islamiyah, majalah SALAFY, hal. 2-12, edisi 40
tahun 1422/2001. Seputar masalah ini juga dapat dilihat dalam Laporan International
Crisis Group bertajuk “Indonesia Backgrounder: Why Salafism and Terrorism Mostly
Don’t Mix”, Asia Report no.83, 13 September 2004, hal. 5-6.

[8] Majalah SALAFY, hal. 3 (Edisi 5, Tahun 2005).

[9] Lih. Ja’far Umar Thalib: Sang Ustadz yang Penuh Warna,
http://www.tempointeraktive.com

[10] Lih. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, hal.13

[11] Yang pro dalam hal ini misalnya adalah Hai’ah Kibar al-‘Ulama (Dewan Ulama
Besar) di sana yang saat itu diketuai oleh Syekh Abd al-Aziz ibn Baz.

[12] Yang kontra dalam hal ini misalnya adalah Syekh Hamud al-‘Uqla (seorang ulama
senior yang selevel dengan ‘Abd al-Aziz ibn Baz), Safar ibn ‘Abd al-Rahman al-Hawali,
Salman ibn Fahd al-‘Audah, dan ‘Aidh ibn ‘Abdillah al-Qarni. Tiga nama terakhir
kemudian sempat di penjara, namun setelah lepasnya dari penjara ketiganya kemudian
menjadi tokoh yang sering dijadikan rujukan pendapat oleh Pemerintah Saudi terutama
dalam upaya meredam radikalisme alumni jihad Afghan.

[13] Informasi ini penulis dengarkan dari beberapa dosen Islamic University of Madinah,
seperti DR. Shalih al-Fa’iz dan DR. Rusyud al-Rusyud.

[14] Lih. Dakwah Salafiyah, hal. 20

[15] Lih. Pembahasan lengkap tentang masalah ini dalam Hajr al-Mubtadi’, karya DR.
Bakr ibn Abdillah Abu Zaid.

[16] Lih. Daftar Ustadz yang Terpercaya.

[17] Lih. Hajr al-Mubtadi’, hal.19.

[18] Lih. Beberapa Kerusakan Pemilu,Muhammad Umar As-Sewed, Majalah SALAFY,
edisi XXX, hal. 8-15. Lihat juga wawancara dengan Eko Rahardjo, ketua divisi
penerangan FKAWJ tanggal 10 Agustus 2004 dalam Gerakan Salafi Radikal di
Indonesia, hal. 121.

[19] Lih. Al-Musyarakah fi al-Intikhabat al-Barlamaniyah, DR. ‘Abdullah ibn Ibrahim al-
Thuraiqy, http://www.islamtoday.net/print.cfm?artid=2869 dan
http://www.islamtoday.net/print.cfm?artid=2896 . Dalam tulisan yang sama, ia menawarkan
sebuah sistem pemilu Islam yang mengadopsi konsep Ahl al-Hill wa-‘Aqd yang hanya
melibatkan ‘orang-orang pilihan’ dan bukan seluruh rakyat di sebuah tempat.

[20] Lih. Penjelasan Dewan Syariah Wahdah Islamiyah tentang Pemilihan Umum,
http://www.wahdah.or.id.

[21] Lih. Kesaksian Tentang Yayasan Al-Sofwa, hal.2,
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=557.

[22] Buku ini diterbitkan oleh Maktabah al-Ghuraba’ di Madinah.

[23] Lih. Al-Khithab al-Dzahaby, karya DR.Bakr ibn Abdillah Abu Zaid. Buku kecil ini
pada mulanya adalah surat balasan Syekh Bakr untuk DR.Rabi’ yang memintanya
memberi pengantar atas bukunya yang mengkritik Sayyid Quthb secara tidak
proporsional. Permintaan itu justru ditolak dan dijawab dengan surat ini. DR.Bakr Abu
Zaid adalah anggota Dewan Ulama Besar Saudi yang saat ini menjabat sebagai Ketua
Konfrensi Fikih Internasional Rabithah Alam Islami di Mekkah.

[24] Saya Merindukan Ukhuwwah Imaniyah Islamiyah, majalah SALAFY hal.6, edisi 5
tahun ke 5.

[25] Lih. Majalah SALAFY edisi 3 tahun 1416, juga Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak hal.
34.

[26] Lih. Membongkar Pikiran Hasan al-Banna-Ikhwanul Muslimin (II), hal.3

[27] Ibid., hal.6

[28] Ibid., hal.8

[29] Uniknya prinsip ini justru diucapkan oleh Syekh Nashiruddin al-Albani dengan
mengadopsi dan melakukan sedikit koreksi redaksional atas prinsip Ikhwanul Muslimin:
“Nata’wanu fima ittafaqna alaih wa na’dzuru ba’dhuna ba’dhan fima ikhtalafna fihi.”

[30] Lih. Persaksian tentang Yayasan Al Sofwa,
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=557.

[31] Lih. http://www.freelists.or/archives/salafy/11-2003/msg00034.html.

[32] http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=338 .

[33] Ibid., hal. 2

[34] Lih. Mereka Adalah Teroris, hal.664-702. Buku setebal 720 halaman ini ditulis oleh
Luqman Ba’abduh –salah seorang murid Syekh Muqbil ibn Hadi al-Wadi’i di Indonesia-
untuk membantah buku yang ditulis Imam Samudra, Aku Melawan Teroris.

[35] Membongkar Pemikiran Sang Begawan Teroris (I),
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=878.

[36] Mereka Adalah Teroris, hal.59

[37] Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, hal.69

[38] Lih. http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=664.

[39] Majalah SALAFY, edisi 5 tahun ke 5, hal. 9-10

Sumber: http://abulmiqdad.multiply.com/journal/item/12
Disusun oleh: ariff.arifin untuk al-ahkam.net

Click to access GERAKAN_SALAFI_MODERN_DI_INDONESIA.pdf

 

39 Responses to “SALAFI MENENTANG PKS”

  1. Pembangkang KAPITALIS Says:

    Jadi pemerintahan islam yang bagaimana yang salafi inginkan????? anda g punya konsep tapi seenaknya menyalahkan orang lain.

  2. ainspirasi Says:

    Iya nih salafi gimana pemerintahan yang diinginkannya.

  3. sigit Says:

    ketika saya datang ke as sofwa di lenteng agung ( biara salafy turotsi), ustadz2 as sofwa bilang haram hukumnya bermajelis dan bertalim dengan salafy yamani.

    ketika saya hadir di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan ( biara salafy wahdah islamiyyah), ustad2 salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

    ketika saya hadir ditaklim salafy yang ada di masjid hidyatusalihin poltangan pasarminggu ( gereja markas geng salafy sururi), ustad2nya bilang kalau salafy wahdah islamiyyah adalah khawarij anjing2 neraka yang menggunakan sistem marhala.

    ketika saya hadir di masjid fatahillah ( salah satu sinagog salafy yamani), rabi-rabi salafy yamaninya bilang kalau salafy sururi, salafy haroki, salafy turotsi, salafy ghuroba, salafy wahdah islamiyyah, salafy MTA, salafy persis, salafy ikhwani, salafy hadadi, salafy turoby bukanlah salafy tapi salaf-i (salafi imitasi) yang khawarij, bidah dan hizbi.

    Jafar Umar Thalib (salafy ghuroba) bilang kalau Abdul Hakim Abdat ( salafy turotsi)itu ustad otodidak yang pakar hadas ( najis) bukan pakar hadis

    Muhamad Umar As Seweed ( salafy yamani) bilang kalau Jafar Umar Thalib itu ahli bidah dan khawarij. bahkan komplotan as seweed bikin buku dengan judul ” pedang tertuju di leher Jafar Umar Thalib” yang artinya Jafar Umar Thalib halal dibunuh

    Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) bilang kalau salafy Wahdah Islamiyyah itu sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar (hanya) dengan mendirikan yayasan/organisasi.oragnisasi adalah hizbi.

    salafy Wahdah Islamiyyah bilang kalau kalau salafy Yamani dan Abdul Hakim Abdat itu salafy2 primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di jaman puba atau pra sejarah.

    pokoknya tak terhitung lagi perseteruan antar salafy. dan….ini baru kisah perseteruan antar sesama salafy, belum lagi perseteruan salafy dengan NU, Persis, Muhamadiyyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI dan banyak lagi.

    ironis sekali, salafy yang mengaku2 anti perpecahan, anti hizbi kok malah berperan sebagai aktor utama perpecahan umat islam.juga sebagai biang kerok kekisruhan dikalangan ahlu sunnah. salafy sendirilah penyebab dakwah salafusalihin menjadi hancur berantakan.

    ironis sekali, rabi-rabi salafy yang konon belajar jauh2 dan lama2 ke timur tengah, tapi ditataran basic yaitu akhlak, sangat bejat dan arogan.

    mereka tak ubahnya seperti orang dungu narsis yang tenggelam di lautan tumpukan buku2 tebal.

    yah…keledai ditengah tumpukan buku2 tebal tetap saja keledai.

    jangan halangi dakwah salaf, biarkan salafy sendiri yang menghalangi dakwah salaf.

    jangan memecah belah barisan salaf, karena barisan salaf akan berpecah belah dengan sendirinya dan secara alami.

    jangan hancurkan salafy, karena cukup salafy sendiri dengan kesadaran penuh dan suka cita menghancurkan dirinya sendiri.

    sudah terlalu lama firqoh salafy dari apapun alirannnya dan sektenya melukai umat islam, melukai ahlu sunnah, melukai ahlu atsar dengan gaya2nya yang egomaniak. mungkin sekarang tiba saatnya pembalasan dari Allah azawajalla.

    gara2 cara dan tabiat orang salafylah yang menyebabkan masyarakat awam menjadi benci terhadap sunnah

  4. ahmad_gaza Says:

    ane sudah males berdebat kusir dengan salafi,..untuk ikhwah2 salafi anda ga merasa bahwa dibelakang anda ada agen yahudi yang memboncengi!!!!gerakan seperti salafi lah yang sangat disenangi oleh agen yahudi.karena inilah cara paling enak untuk memecah belah umat, dgn membidah2kan, menyesat2kan. itulah salafi yang disukai oleh agen2 yahudi.

  5. reza Says:

    Apa akhi sudah benar, sudah sholat jama’ah, sudah ber akidah yang benar.. sadarlah akhi.. perkataan akhi di pertanggung jawabkan di akhirat, apabila prasangka tidak terbukti, maka akan kembali kepada dirinya.

    • ainspirasi Says:

      He..he..he… kesimpulan itu saya ambil berdasar tulisan seseorang. Apa ada berita yang bertentangan dengan tulisan di atas? Kalau ada tolong saya diforward. Saya katakan kepada Anda saya lebih sering sholat jamaah dibanding sholat sendirian. Sumber keyakinan saya yang tertinggi adalah Quran dan sunnah.

  6. Jaka Umbara Says:

    Tapi hebatnya, gaya pendidikan mereka mampu meyakinkan pengikutnya, bahwa mereka adalah satu-satunya orang Islam yang diterima amalnya. Apa nggak hebat, atau jangan-jangan banyak juga yang berguguran karena masih menggunakan akal sehat. Bisa nggak, cerita orang-orang yang “gagal masok sorga” ini diinvestigasi. Menurut cerita, santri LIPIA yang ke salafy itu secara akademik mereka rendah ..?) wallahu ‘alam.

  7. al-bugisy Says:

    assalamu alaikum, kepada seluh saudaraku salafiyyun, siapapun antum, dimanapun antum ngaji, saatnya kita semua ruju’ kepada kebenaran. tinggalkan segala kebencian, caci maki, permusuhan dasb. mari kita merajut ukhuwah diatas Al-Kitab Wassunnah. kita semua adalah thullab, penuntut ilmu, ustadz-ustadz salafy adalah manusia biasa. apabila mereka melakukan suatu kekeliruan, tidak sepatutnya kita sebarkan kekeliruan itu. kalau ada yang berbeda dengan pemahaman kita atau ustadz kita, maka jangan segera membuat pernyataan, bantahan, ataupun serangan balik. tetapi yang pertama yang harus dilakukan adalah MUHASABAH ‘ALAN NAFS. tetaplah berprasangka baik kepada setiap ulama, ustadz kita. bagi ana tidak ada yang lebih membahagiakan ana kecuali seluruh ustadz salafiyyin di negeri ini bersatu diatas manhaj yang haq ini.
    kepada saudaraku salafiyyun, mari kita membangun cinta dan kasih sayang diatas sunnah, saling menolong, menasehati dengan cara yang ma’ruf, seburuk-buruknya seorang salafy, jauh lebih baik daripada seorang mubtadi’, hizbiy, atau ahlul ahwa’. tidak sepatutnya celaan, cacian, makian dan kata-kata kasar ditujukan kepada mereka. berharaplah bahwa siapapun saudara kita salafiyyun yang tergelincir kedalam kekeliruan, lebih mudah untuk ruju’ kepada kebenaran dibanding selainnya. ikhlashkan doa kepada Allah SWT semoga suatu saat mereka beroleh kebaikan, hidayah dan kemuliaan.

  8. al-bugisy Says:

    Ana menasehatkan kepada seluruh kaum muslimin, untuk tidak buru-buru membuat pernyataan, penolakan atau bantahan kepada salafiy dan salafiyyin. ana dahulu adalah penentang paling keras bahkan kasar terhadap salafi, ketika ana masih sibuk dan tergila-gila dengan organisasi. ana 6 tahun ikut Jamaah Tabligh, sempat ikut Dzur di Makassar lalu khuruj ke Takalar, Gowa,Bantaeng. kemudian ana melanjutkan dakwah Jamaah Tabligh di Sorong Papua. namun kecintaan saya kepada kebenaran, tidak menyebabkan ana fanatik terhadap dakwah tabligh ini. lalu ana ikut mengaji di Pimpinan Daerah Muhammadiyah sorong, yang pada akhirnya ana menjadi pengurus pada organisasi tersebut sebagai anggota Majelis Tarjih. Ketika suatu saat ana bertemu dengan aktifis pergerakan Islam, ana pun ikut ngaji dan ikut dalam pergerakan Islam tersebut yang akhirnya menyebabkan ana didaulat sebagai Sekertaris Daerah Partai keadilan Sorong. Namun sekali lagi kecintaan ana kepada kebenaran tidak menyebabkan ana fanatik dan menutup diri dari segala argumen yang bersumber dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah. sehingga tibalah suatu saat ketika hidayah Allah SWT mendatangi ana melalui suatu perdebatan panjang nan alot dengan kawan-kawan yang ngaji salafi. perdebatan demi perdebatan sering terjadi bahkan kadang berlangsung panas. namun ana tidak bisa menyembunyikan ketertarikan ana atas semua argumen yang disampaikan kawan saya yang senantiasa mengutip ayat-ayat Al-Qur’an Hadits dan ucapan para ulama. akhirnya ana memberanikan diri untuk ngaji kepada ustadz salafi alumni Yaman, bertanya dan berdebat dengan ustadz tersebut. dan alhamdulillah sejak saat itu sampai sekarang ana lebih mantap dan lebih tenteram dengan manhaj yang haq ini dan Insya Alah ana tetap berpegang teguh diatas manhaj yang haq ini sampai ajal menjemput. jadi intinya, daripada sibuk membantah dan menolah salafi, lebih baik antum ketemu langsung ustadznya, ngaji,bertanya, menggali lebih dalam tentang salafi. jika antum tetap tidak suka, toh tidakada paksaan untuk ikut. jangan hanya melihat dari jauh, menerima pendapat, komentar dari orang lain, yang belum tentu obyektif. JAZAAKUMULLOHU KHOIRON KATSIIRON.

  9. al-bugisy Says:

    BERANIKAN DIRI UNTUK MEMBUKA HATI SELUAS-LUASNYA, DALAM RANGKA MENERIMA KEBENARAN YANG BERSUMBER DARI AL-QUR’AN MAUPUN AS-SUNNAH. JANGAN TAKUT DENGAN CELAAN ORANG, KARENA KITA BUKAN BERIBADAH KEPADA MANUSIA. BARANG SIAPA YANG YANG BERPEGANG TEGUH KEPADA KEBENARAN PASTILAH MEREKA AKAN BERHADAPAN DENGAN ORANG YANG MENENTANG, MENYELISIHI BAHKAN MUNGKIN MENYAKITI MEREKA. COBA ANTUM SEMUA RENUNGKAN, BUKANKAH NABI MUHAMMAD ITU MANUSIA TERBAIK? PALING MULIA AKHLAKNYA? PALING TINGGI TAQWANYA KEPADA ALLAH SWT? TAPI COBA PERHATIKAN BETAPA BANYAK MANUSIA MENENTANG, MENGHINA DAN MENYAKITINYA. NAMUN KESUDAHANNYA, TERNYATA BELIAULAH PEMENANGNYA DIDUNIA MAUPUN DIAKHIRAT

  10. al-bugisy Says:

    ketahuialh saudaraku, akan lebih bijaksana bila kita meneliti lebih mendalam sebelum menetapkan, membantah ataupun menyangkal sesuatu. yang ana fahami, salafiy bukan hizbiy, bahkan sangat bersemangat mempersatukan ummat diatas manhaj yang haq, berdasarkan Al-qur’an maupun As-Sunnah. persatuan yang haqiqi sebagaimana keadaan para sahabat sebelum timbulnya firqoh-firqoh dan bid’ah yang menyebabkan ummat ini berpecah belah. 9 tahun ana mengikuti kajian salafiy, tidak ada yang ana dapatkan kecuali ilmu, hujjah dan bashiiroh yang tidak terbantahkan berdasarkan Al-qur’an maupun As-Sunnah. salafiyyun sangat anti perpecahan, maka kalau ada yang menganggap bahwa salafi itu adalah hizbiy, sebaiknya datang ke ulama atau ustadznya untuk menapatkan keterangan yang jelas dan benar, bukan berdasarkan asumsi-asumsi belaka.

  11. al-bugisy Says:

    saudaraku…
    ikhwan kita yang ngaji salafi itu adalah manusia biasa, bisa benar dan bisa salah. tetapi Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohihah tidak akan pernah salah. silahkan chek kepada mereka, dengan apa mereka berhujjah, berdalil atau berpendapat. jika mereka berhujjah / berdalil dengan al-Qur’an dan As-Sunnah diatas pemahaman salaful ummah, lalu ada yang menolak, membantah dan menuduh hizbiy, maka sesungguhnya yang ditolak itu bukan salafinya tapi Al-Qur’an maupun Sunnahnya.

  12. gio Says:

    betul sekali yang harus diikuti umat islam adalah quran dan sunnah, bukan salafy

  13. nuri aryadi Says:

    ya kita harus berjalan di atas manhaj ini mengikuti al quran dan sunnah. manhaj salaf sangat benar dan haq.

  14. salafytobat Says:

    Jah … kebiasaan salafi yang buruk …, kalo diskusi .. ujung2nya datang aja ke taklim salafi … tanya ama ustazd2nya .. dah kehabisan akal ya ..?

    Lha … antum sendiri gak mau datang ke taklim2 HTI atau MMI atau PKS atau PERSIS ..

    Saya 16 tahun kenal salafi …, bohong kalao dikatakan kajian di salafi isinya ilmu, bashirah, Al Quran n As Sunnah, … no .. no …

    Saya punya banyak kaset, buletin, majalah, dan hasil rekaman amatiran … tentang hujatan salafi terhadap sesama aktifis Islam … (baik itu dari senior seperti karya Abdul Hakim, Yazid, Ahmaz Faiz, Umar Sewed, JUT, Abdul Mu’thi, atau yang masih muda seperti Luqman Ba’abduh, Dzulqarnaen, Zainal Abidin, dll …) itu yang saya rasakan sekian lama di salafi .. yang akhirnya saya putuskan untuk off!! …

    Kajiannya pun tidak luas, cederung satu arus pemikiran tanpa dibandingan dnegan pemikiran lain … sehingga -dahulu- saya menjadi kaku dan mudah memvonis orang lain ..

    Tapi saya akhirnya membuka diri untuk mengkaji ke maktabah, saya buka berbagai kitab para fuqaha berbagai madzhab ahlus sunnah ..dahulu dan sekarang … isinya sangat samhah … lapang dan murunah … berbeda dengan yang diajarkan oleh Ust2 salafi …

    Saya tidak sendiri … banyak teman2 seangkatan saya yang berinteraksi dengan taklim salafi sejak awal 90an … sudah berhenti dan keluar .. seiring kematangan usia dan sikap …

    jadi, … janganlah fanatik .. cobalah diskusi dengan elegan ..

    agar kita ditawan oleh dalil2 .. bukan kata ustadz di majelis …

  15. Al-Bugisy Says:

    KEPADA SAUDARAKU, SALAFI TAUBAT, TERIMA KASIH TELAH MEMBACA KOMENTAR ANA. NAMPAKNYA PERJALANAN HIDUP KITA BERSIMPANG JALAN, ANTUM MULAI DARI SALAFI LALU KELUAR, SEMENTARA ANA MULAI PERJALANAN DARI KETIDAK FAHAMAN TENTANG ISLAM MENUJU CAHAYA AL-QUR’AN DAN SUNNAH DIATAS PEMAHAMAN SALAFUL UMMAH. ANA BERSYUKUR BAHWA DARI AWAL PERJALANAN KEAGAMAAN ANA, ANA TERBIASA DENGAN MENDAHULUKAN HUJJAH ATAU DALIL DARI AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH, BUKAN PEMIKIRAN, AKAL ATAUPUN PERASAAN. ANA SENANTIASA MENUNDUKKAN AKAL ANA KEPADA AL-QUR’AN MAUPUN AS-SUNNAH. ITULAH SEBABNYA, SIAPAPUN YANG DATANG KEPADA ANA MEMBAWA DALIL, ALHAMDULILLAH SAMPAI SAAT INI ANA SELALU MERESPON DENGAN IKHLASH. SETIAP ORANG YANG BERBEDA FAHAM DENGAN ANA, ANA DATANGI, ANA TANYA DALIL ATAU HUJJAHNYA, KALAU IA TEGAK DIATAS AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH DIATAS PEMAHAMAN GENERASI TERBAIK UMMAT INI, DENGAN LAPANG DADA ANA IKUTI, SIAPAPUN DIA. KETIKA USTADZ SALAFI MENDEBAT/ MENASEHATI ANA, YANG PERTAMA KALI ANA PASTIKAN ADALAH APA HUJJAH MEREKA. KARENA DARI AWAL MEMANG ANA TIDAK FANATIK PARTAI, ORGANISASI, JAMAAH, KELOMPOK, MAKA ANA MENGANGGAP BAHWA UCAPAN MEREKA ITU ADALAH NASEHAT ILAL HAQ BUKAN CACI MAKI ATAU HUJATAN SEBAGAI MANA PERASAAN SEBAGIAN ORANG.

  16. Al-Bugisy Says:

    bagi siapapun yang berusaha mencari jalan kebenaran, ana ingin menasehatkan sebagai saudara seiman, jangan pernah berhenti mencari jalan kebenaran itu, ketika natum berada dalam satu kelompok, organisasi, ataupun hizb, hanya kerena merasa cocok didalamnya. tetapi yang benar adalah tetap berpijak diatas hujjah dan dalil yang tegas dan jelas berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah diatas pemahaman salaful ummah, bukan mengikuti akal, pemikiran dan perasaan. karena… siapakah kita ini, yang perasaan dan pemikiran kita hendak dijadikan hujjah ???
    saudaraku…
    apa yang sering dilakukan oleh ikhwah salafi yang terasa berat dan menyakitkan bagi sementara orang, sama sekali bukan untuk memecah belah. justru yang ana fahami adalah, mereka berusaha untuk mengembalikan ummat ini kepada persatuan haqiqi, sebagaimana keadaan kaum muslimin sebelun berpecah belah.

  17. abu izzat Says:

    Rasulullah SAW bersabda:
    ni’massalafy analaky,
    sebaik baik salafy adalah aku…
    (HR Muslim)

    jangan kau remehkan salafy
    jangan kau remehkan RAsullullah….

    • ainspirasi Says:

      Rasulullah sangat mulya. Rasulullah mengajarkan ahlak yang baik tidak hanya kehidupan pribadi tapi juga kehidupan bermasyarakat. Betul sekali nabi adalah sebaik-baik orang pada masanya yang taat dan paham pada hukum-hukum Allah. Sebaiknya juga kita mengikuti Nabi dengan tidak perlu menjelek-jelekan kelompok lain. Mari kita bekerja sama dalam membangun masyarakat.

  18. upik Says:

    Assalaamu’alaikum
    yang penting selama salafy ga menghina , mencaci maki ataupun menghujat terhadap saudaranya semuslim itu udah sangat bagus. yang tau yang mengikuti pengajian di salafy ( hati antum sendiri yang tau lho ) coz buku2 nya sebagai bukti otentik sudah banyak trus juga seperti ketidak hadiran penulis tuk membedah buku2 tsb pada saat diundang. Warga NU tulen juga ada yang sudah 26 th dikubur ternyata tubuhnya masih awet / baik / utuh . yang kemungkinan besar bakalan masuk syurga padahal waktu dulu salafy belum ada di indonesia. biar antum sendiri yang menilai . jazakumullah

  19. ummu aisyah hammam Says:

    Kita bisa tahu ajaran yang benar dari agama Islam ini. Tahu ini haq, itu bati, Ini tauhid, itu syirik. Ini sunnah, itu bid’ah… Lalu kita dimudahkan untuk mengikuti yang haq dan meninggalkan yang batil. Sementara, banyak orang tidak mengerti mana yang benar dan mana yang sesat, atau ada yang tahu tapi tidak dimudahkan baginya untuk mengamalkan al-haq, malah ia gampang berbuat kebatilan.
    Kita dapat berjalan mantap di bawah cahaya yang terang benderang, sementara banyak orang yang tertatih meraba dalam kegelapan. Dalam Tanzil-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
    “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al-Baqarah: 213)

  20. orang awam Says:

    semoga kita semua termasuk golongan yang diberikan allah hidayah dan dibersihkan hati dari kejelekan nafsu dan bisikan iblis yang selalu mengganggu jalan hidup dan pemikiran kita ..amin

  21. bregijila-n wahabiy Says:

    salafi wahaby mempunyai kadar ilmu bobot mbrebet prettt,assewed si arab gendeng anti jamaah tabligh krena kerjaanye kluyuran,pembuat bid’ah?partaiku pks dianggap hizbi khuruj salafi,ormas muhammadiyah,irsyad ahli bid’ah ta’dil,bangsa kupret kampret wahabiy

  22. r2 Says:

    assalamualaikum, singkat saja saudaraku!anda2 ini punya ilmu kok hanya dipakai berdebat!

  23. hizbul majid Says:

    salafi indah adapun kalau ada orang-orang yang kurang bagus sifatnya maka jangan salahkan salafinya, sekarang kita sepakat Islam Indah walaupuna ada penganut islam yang berbuat maksiat atau ngebom. Jadi bahasan kita adalah manhaj salafnya bukan afrod yang mengaku sebagai manhaj salaf, kalau seperti itu orang diluar islam pun akan mencela Islam karena banyak umat Islam yang melakukan maksiat,atau tindakan teror dan bom. jadi tolong antum semua pahami dulu makna salafi jangan asl ngomong sapenake dewek.
    Manhaj Salaf, bila ditinjau dari sisi kalimat merupakan gabungan dari dua kata; manhaj dan salaf. Manhaj dalam bahasa Arab sama dengan minhaj, yang bermakna: Sebuah jalan yang terang lagi mudah. (Tafsir Ibnu Katsir 2/63, Al Mu’jamul Wasith 2/957).
    Sedangkan salaf, menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Siapa saja yang telah mendahuluimu dari nenek moyang dan karib kerabat, yang mereka itu di atasmu dalam hal usia dan keutamaan. (Lisanul Arab, karya Ibnu Mandhur 7/234). Dan dalam terminologi syariat bermakna: Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in (murid-murid shahabat) dan tabi’ut tabi’in (murid-murid tabi’in). (Lihat Manhajul Imam As Syafi’i fii Itsbatil ‘Aqidah, karya Asy Syaikh Dr. Muhammad bin Abdul Wahhab Al ‘Aqil, 1/55).

    Berdasarkan definisi di atas, maka manhaj salaf adalah: Suatu istilah untuk sebuah jalan yang terang lagi mudah, yang telah ditempuh oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, tabi’in dan tabi’ut tabi’in di dalam memahami dienul Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Seorang yang mengikuti manhaj salaf ini disebut dengan Salafy atau As Salafy, jamaknya Salafiyyun atau As Salafiyyun. Al Imam Adz Dzahabi berkata: “As Salafi adalah sebutan bagi siapa saja yang berada di atas manhaj salaf.” (Siyar A’lamin Nubala 6/21).

    Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf (Salafiyyun) biasa disebut dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah dikarenakan berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dan bersatu di atasnya. Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar di saat orang-orang banyak mengedepankan akal. Disebut juga Al Firqatun Najiyyah, yaitu golongan yang Allah selamatkan dari neraka (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash), disebut juga Ath Thaifah Al Manshurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah (sebagaimana yang akan disebutkan dalam hadits Tsauban). (Untuk lebih rincinya lihat kitab Ahlul Hadits Humuth Thaifatul Manshurah An Najiyyah, karya Asy Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al Madkhali).

    Manhaj salaf dan Salafiyyun tidaklah dibatasi (terkungkung) oleh organisasi tertentu, daerah tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan sebagainya. Bahkan manhaj salaf mengajarkan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan itu dibangun di atas Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan pemahaman Salafush Shalih. Siapa pun yang berpegang teguh dengannya maka ia saudara kita, walaupun berada di belahan bumi yang lain. Suatu ikatan suci yang dihubungkan oleh ikatan manhaj salaf, manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.

    Manhaj salaf merupakan manhaj yang harus diikuti dan dipegang erat-erat oleh setiap muslim di dalam memahami agamanya. Mengapa? Karena demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Quran dan demikian pula yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam Sunnahnya. Sedang kan Allah telah berwasiat kepada kita: “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisa’: 59)

    Adapun ayat-ayat Al Quran yang menjelaskan agar kita benar-benar mengikuti manhaj salaf adalah sebagai berikut: 1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Tunjukilah kami jalan yang lurus. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.” (Al Fatihah: 6-7)

    Al Imam Ibnul Qayyim berkata: “Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya…, maka setiap orang yang lebih mengetahui kebenaran serta lebih konsisten dalam mengikutinya, tentu ia lebih berhak untuk berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang Rafidhah.” (Madaarijus Saalikin, 1/72).

    Penjelasan Al Imam Ibnul Qayyim tentang ayat di atas menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mereka itu adalah Salafush Shalih, merupakan orang-orang yang lebih berhak menyandang gelar “orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah” dan “orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus”, dikarenakan betapa dalamnya pengetahuan mereka tentang kebenaran dan betapa konsistennya mereka dalam mengikutinya. Gelar ini menunjukkan bahwa manhaj yang mereka tempuh dalam memahami dienul Islam ini adalah manhaj yang benar dan di atas jalan yang lurus, sehingga orang-orang yang berusaha mengikuti manhaj dan jejak mereka, berarti telah menempuh manhaj yang benar, dan berada di atas jalan yang lurus pula.

    2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya kebenaran, dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam,, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An Nisa’: 115)

    Al Imam Ibnu Abi Jamrah Al Andalusi berkata: “Para ulama telah menjelaskan tentang makna firman Allah (di atas): ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan orang-orang mukmin disini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan generasi pertama dari umat ini, karena mereka merupakan orang-orang yang menyambut syariat ini dengan jiwa yang bersih. Mereka telah menanyakan segala apa yang tidak dipahami (darinya) dengan sebaik-baik pertanyaan, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun telah menjawabnya dengan jawaban terbaik. Beliau terangkan dengan keterangan yang sempurna. Dan mereka pun mendengarkan (jawaban dan keterangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut), memahaminya, mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, menghafalkannya, dan menyampaikannya dengan penuh kejujuran. Mereka benar-benar mempunyai keutamaan yang agung atas kita. Yang mana melalui merekalah hubungan kita bisa tersambungkan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, juga dengan Allah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.’” (Al Marqat fii Nahjissalaf Sabilun Najah hal. 36-37)

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan sungguh keduanya (menentang Rasul dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin –red) adalah saling terkait, maka siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran, pasti ia telah mengikuti selain jalan orang-orang mukmin. Dan siapa saja yang mengikuti selain jalan orang-orang mukmin maka ia telah menentang Rasul sesudah jelas baginya kebenaran.” (Majmu’ Fatawa, 7/38).

    Setelah kita mengetahui bahwa orang-orang mukmin dalam ayat ini adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (As Salaf), dan juga keterkaitan yang erat antara menentang Rasul dengan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, maka dapatlah disimpulkan bahwa mau tidak mau kita harus mengikuti “manhaj salaf”, jalannya para sahabat.

    Sebab bila kita menempuh selain jalan mereka di dalam memahami dienul Islam ini, berarti kita telah menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan akibatnya sungguh mengerikan… akan dibiarkan leluasa bergelimang dalam kesesatan… dan kesudahannya masuk ke dalam neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali… na’udzu billahi min dzaalik.

    3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya. Itulah kesuksesan yang agung.” (At-Taubah: 100).

    Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak mengkhususkan ridha dan jaminan jannah (surga)-Nya untuk para sahabat Muhajirin dan Anshar (As Salaf) semata, akan tetapi orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik pun mendapatkan ridha Allah dan jaminan surga seperti mereka.

    Al Hafidh Ibnu Katsir berkata: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengkhabarkan tentang keridhaan-Nya kepada orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, dan ia juga mengkhabarkan tentang ketulusan ridha mereka kepada Allah, serta apa yang telah Ia sediakan untuk mereka dari jannah-jannah (surga-surga) yang penuh dengan kenikmatan, dan kenikmatan yang abadi.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/367). Ini menunjukkan bahwa mengikuti manhaj salaf akan mengantarkan kepada ridha Allah dan jannah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

    فَإِنْ ءَامَنُوا بِمِثْلِ مَا ءَامَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ

    Artinya : “Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu).” [QS Al Baqoroh: 137]

    Adapun hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut: 1. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” (Shahih, HR Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455). Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin (Salafush Shalih). Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan agar kita senantiasa berpegang teguh dengannya. Al Imam Asy Syathibi berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam -sebagaimana yang engkau saksikan- telah mengiringkan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin dengan sunnah beliau, dan bahwasanya di antara konsekuensi mengikuti sunnah beliau adalah mengikuti sunnah mereka…, yang demikian itu dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti sunnah nabi mereka  atau mengikuti apa yang mereka pahami dari sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik secara global maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka.”(Al I’tisham, 1/118).

    2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Terus menerus ada sekelompok kecil dari umatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam keadaan seperti itu.” (Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz Muslim dari sahabat Tsauban, hadits no. 1920).

    Al Imam Ahmad bin Hanbal berkata (tentang tafsir hadits di atas): “Kalau bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?!” (Syaraf Ashhabil Hadits, karya Al Khatib Al Baghdadi, hal. 36).

    Al Imam Ibnul Mubarak, Al Imam Al Bukhari, Al Imam Ahmad bin Sinan Al Muhaddits, semuanya berkata tentang tafsir hadits ini: “Mereka adalah Ahlul Hadits.” (Syaraf Ashhabil Hadits, hal. 26, 37). Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini merupakan tanda dari tanda-tanda kenabian (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), di dalamnya beliau telah menyebutkan tentang keutamaan sekelompok kecil yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan setiap masa dari jaman ini tidak akan lengang dari mereka. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendoakan mereka dan doa itupun terkabul. Maka Allah ‘Azza Wa Jalla menjadikan pada tiap masa dan jaman, sekelompok dari umat ini yang memperjuangkan kebenaran, tampil di atasnya dan menerangkannya kepada umat manusia dengan sebenar-benarnya keterangan. Sekelompok kecil ini secara yakin adalah Ahlul Hadits insya Allah, sebagaimana yang telah disaksikan oleh sejumlah ulama yang tangguh, baik terdahulu ataupun di masa kini.” (Tarikh Ahlil Hadits, hal 131).

    Ahlul Hadits adalah nama lain dari orang-orang yang mengikuti manhaj salaf. Atas dasar itulah, siapa saja yang ingin menjadi bagian dari “sekelompok kecil” yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits di atas, maka ia harus mengikuti manhaj salaf.

    3. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “…. Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Beliau ditanya: ‘Siapa dia wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: golongan yang aku dan para sahabatku mengikuti.” (Hasan, riwayat At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Iman, Bab Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).

    Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Ad Dahlawi Al Madani berkata: “Hadits ini sebagai nash (dalil–red) dalam perselisihan, karena ia dengan tegas menjelaskan tentang tiga perkara: – Pertama, bahwa umat Islam sepeninggal beliau akan berselisih dan menjadi golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pendapat di dalam memahami agama. Semuanya masuk ke dalam neraka, dikarenakan mereka masih terus berselisih dalam masalah-masalah agama setelah datangnya penjelasan dari Rabb Semesta Alam. – Kedua, kecuali satu golongan yang Allah selamatkan, dikarenakan mereka berpegang teguh dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengamalkan keduanya tanpa adanya takwil dan penyimpangan. – Ketiga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menentukan golongan yang selamat dari sekian banyak golongan itu. Ia hanya satu dan mempunyai sifat yang khusus, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri (dalam hadits tersebut) yang tidak lagi membutuhkan takwil dan tafsir. (Tarikh Ahlil Hadits hal 78-79). Tentunya, golongan yang ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah yang mengikuti manhaj salaf, karena mereka di dalam memahami dienul Islam ini menempuh suatu jalan yang Rasulullah dan para sahabatnya berada di atasnya.

    Berdasarkan beberapa ayat dan hadits di atas, dapatlah diambil suatu kesimpulan, bahwa manhaj salaf merupakan satu-satunya manhaj yang harus diikuti di dalam memahami dienul Islam ini, karena: 1. Manhaj salaf adalah manhaj yang benar dan berada di atas jalan yang lurus. 2. Mengikuti selain manhaj salaf berarti menentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang berakibat akan diberi keleluasaan untuk bergelimang di dalam kesesatan dan tempat kembalinya adalah Jahannam. 3. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf dengan sebaik-baiknya, pasti mendapat ridha dari Allah dan tempat kembalinya adalah surga yang penuh dengan kenikmatan, kekal abadi di dalamnya. 4. Manhaj salaf adalah manhaj yang harus dipegang erat-erat, tatkala bermunculan pemahaman-pemahaman dan pendapat-pendapat di dalam memahami dienul Islam, sebagaimana yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. 5. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah sekelompok dari umat ini yang senantiasa tampil di atas kebenaran, dan senantiasa mendapatkan pertolongan dan kemenangan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 6. Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf, mereka adalah golongan yang selamat dikarenakan mereka berada di atas jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika: 1. Al Imam Abdurrahman bin ‘Amr Al Auza’i berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti jejak salaf walaupun banyak orang menolakmu, dan hati-hatilah dari pemahaman/pendapat tokoh-tokoh itu walaupun mereka mengemasnya untukmu dengan kata-kata (yang indah).” (Asy Syari’ah, karya Al Imam Al Ajurri, hal. 63). 2. Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit berkata: “Wajib bagimu untuk mengikuti atsar dan jalan yang ditempuh oleh salaf, dan hati-hatilah dari segala yang diada-adakan dalam agama, karena ia adalah bid’ah.” (Shaunul Manthiq, karya As Suyuthi, hal. 322, saya nukil dari kitab Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 54). 3. Al Imam Abul Mudhaffar As Sam’ani berkata: “Syi’ar Ahlus Sunnah adalah mengikuti manhaj salafush shalih dan meninggalkan segala yang diada-adakan (dalam agama).” (Al Intishaar li Ahlil Hadits, karya Muhammad bin Umar Bazmul hal. 88). 4. Al Imam Qawaamus Sunnah Al Ashbahani berkata: “Barangsiapa menyelisihi sahabat dan tabi’in (salaf) maka ia sesat, walaupun banyak ilmunya.” (Al Hujjah fii Bayaanil Mahajjah, 2/437-438, saya nukil dari kitab Al Intishaar li Ahlil Hadits, hal. 88) 5. Al-Imam As Syathibi berkata: “Segala apa yang menyelisihi manhaj salaf, maka ia adalah kesesatan.” (Al Muwafaqaat, 3/284), saya nukil melalui Al Marqat fii Nahjis Salaf Sabilun Najah, hal. 57). 6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Tidak tercela bagi siapa saja yang menampakkan manhaj salaf, berintisab dan bersandar kepadanya, bahkan yang demikian itu disepakati wajib diterima, karena manhaj salaf pasti benar.” (Majmu’ Fatawa, 4/149). Beliau juga berkata: “Bahkan syi’ar Ahlul Bid’ah adalah meninggalkan manhaj salaf.” (Majmu’ Fatawa, 4/155).

    Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa membimbing kita untuk mengikuti manhaj salaf di dalam memahami dienul Islam ini, mengamalkannya dan berteguh diri di atasnya, sehingga bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Amin yaa Rabbal ‘Alamin. Wallahu a’lamu bish shawaab.

  24. Hlm Says:

    Kalau kepala kuat dpukul palu besar,silahkn tdk sholat.Klau kuat dibakar, silahkn brzina.Kalau lidah kuat digunting,silahkn brdusta.Klau kuat makan bangkai busuk,silahkn gosip.Klau perut kuat masuk bara api, silahkn makan haram.klau kepala,perut & punggung kuat disetrika, silahkn jadi mns serakah & bakhil.Silahkn brbuat sesuka apapun,pasti mndapat ganjaran krn prbuatan itu.ASTAQFIRULLAH.(QS 9;35),(QS 49;12),(QS 73;42)
    apakah kutipan diatas perlu disampaikan kepada orang lain? bagaimana caranya kita mnympaikan kepada orang lain? … apakah hal diatas dibandingkan dengan ilmu yg kita miliki menjadikan kita diam.
    Namun kenyataanya hampir semuanya, bahkan banyak orang ber-label Islam itu sendiri terjerumus dalam hal2 di atas.
    Apakah kita cukup mengaji buat diri sendiri, smpai kapan kita menselaraskan kajian kita dengan keadaan umat saat ini. Apakah cukup polisi yang bertindak, aparat2 hukum yg memvonis, atau cukup pemerintah saja…DIMANA UMAT ISLAM itu sendiri??? APA KITA CUKUP sibuk dengan pengajian kita saja sehingga hampir2 tidak terlihat TINDAKAN yang BERANI dari umat islam yang ber-ILMUuntuk beramar ma’ruf nahi mungkar..
    IRONIS sebagian kecil kita yang mengaji dan mengkaji Islam..tetapi diluar sana KEMUSYRIKAN DAN KEMAKSIATAN hari demi hari semakin HEBAT, semakin LEGAL…???

  25. ahmad habibi Says:

    baca aja ULASAN DI MAJELIS ROSULLULLAH.. HABIB MUNDZIR ALMUSAWWA…, saya yakin beliau sangat kompeten dan mumpuni dalam masalah “ilmu”.

  26. Yus Muhammad Says:

    Salafy?? Engga banget deh…

  27. ikhwan Says:

    semua ini hanya bersumber dari satu masalah….. yaitu tidak adanya amirul mukminin yang memimpin umat ini dalam menyelesaikan setiap maslah yang dihadapi……

    Andaikan ada pemimpin umat yang bernaung di Quran dan Sunah … yang mempunyai kekuatan bahwa segala perintahnya harus di ikuti…. tentulah masalah seperti ini akan dapat atasi…. setidaknya diminimalisasi…..

    Ternyata benar ….
    Runtuhnya Kepemimpinan Islam merupakan awal dan sumber dari munculnya segala kemaksiatan……

  28. anton pontianak Says:

    Subhanallahu….. memang islam akan indah kalo berdasarkan dalil, tidak dgn hawa nafsu. Terima kasih tulisan saudara Hizbul Majid, itu baru ilmiah. saya ijin copy ya.

  29. jannah Says:

    baru2 ini saya bsinggungan dgn ikhwah salaf
    hati saya sakit sekali…sungguh akhlak mereka sangat jauh dr yg Rasulullah ajarkan. Lebih sering mencaci drpd nasehat…
    dulu saya sempat menganjurkan suami ikut kajian mereka…tp sekarang sptnya nggak lg deh
    sbnrnya saat kuliah dulu saya sdh baca2 buku mereka…
    sungguh ekstrim memang, tp sy berhusnudzon mgkn memang Islam keras dan tegas
    bukankah Allah mengutus Rasulullah agar menjadi rahmat alam dan juga memperbaiki akhlak…
    maaf, sungguh ikhwah salafy…bersihkan hati, jiwa dan mulut2 kalian…

  30. ridhwan Says:

    sungguh ironis kok dalam tubuh salafy sndri byk perdebatan dan perbantahan serta mensesatkan selain mereka. bgm
    kah itu?

  31. miftah farid Says:

    subhanalloh.. makasiih bgt tulisannya.. barokalloh fiik. buat penulisnya.

  32. Hamba Allah Says:

    “Ya Allah perlihatkanlah kepada kami yang benar itu adalah benar, lalu bimbinglah kami untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah kepada kami yang salah ltu adalah salah, dan kemudian bimbinglah kami untuk menghindarinya. Janganlah dijadikan yang benar dan salah itu samar-samar bagi kami, yang akan menyebabkan kami sesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang takwa”
    (HR Bukhari dan Muslim)

    Jika kita ingin melihat manakah yang lebih mendekati kebenaran, maka tanyalah kepada masing-masing jamaah itu. Jamaah mana yang paling banyak mimpi bertemu Rasulullah SAW. Seberapa banyak para ulama dari masing-masing kelompok itu mimpi bertemu Rasulullah SAW. Dan seberapa sering masing-masing mimpi bertemu Rasulullah SAW. Kalau ada kelompok yang para pemimpinnya sama sekali tidak pernah mimpi bertemu Rasulullah SAW, maka berhati-hatilah.

    Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

    “Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa melihatku dalam mimpi, maka dia benar-benar telah melihatku. Sesungguhnya setan tidak dapat menjelma sepertiku”. (Shahih Muslim No.4206)

    Hadis riwayat Abu Qatadah ra., ia berkata:

    “Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang melihat aku dalam mimpi, maka dia benar-benar melihat sesuatu yang benar (hak)”. (Shahih Muslim No.4208)

    Jangan remehkan mimpi bertemu Rasulullah SAW. dan jangan remehkan para ulama yang mimpi bertemu Rasulullah SAW. Dan lebih baik lagi jika kita berdoa kepada Allah agar kita juga diberi kesempatan untuk mimpi bertemu Rasulullah SAW, sehingga kita benar-benar melihat sesuatu yang benar (hak) sebagaimana disebutkan dalam hadits tersebut diatas.

  33. Hamba Allah Says:

    Seharusnya NU instrospeksi diri, mengapa partai politik berbasis NU (PPP, PKB, PKNU, dll) kalah dari partai PKS. PKS adalah partai islam terbesar saat ini di Indonesia, meskipun sedang kena masalah, itu bukan alasan kita membenci partai islam. Seharusnya justru ummat islam ikut membesarkan asetnya ini, dan oknum yang bersalah biarlah dihukum.
    —–
    Saya mengajak seluruh ummat islam untuk memberikan suara pada aset ummat ini !
    Buang keegoisan, jangan sampai partai yang justru anti islam malah memenangkan pemilu lagi.


Leave a reply to Jaka Umbara Cancel reply